Javascript must be enabled to continue!
SEJARAH MASYARAKAT NELAYAN SUKU BUGIS DI DESA POLEWALI, KECAMATAN LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN (1950-2017)
View through CrossRef
ABSTRAK: Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana sejarah kedatangan orang Bugis di Desa Polewali Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan? (2) Bagaimana kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat nelayan suku Bugis di Desa Polewali Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan (1950-2017)? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang dikemukakan oleh Helius Syamsuddin bahwa tata kerja penelitian sejarah terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) Pengumpulan Data (Heuristik) (2) Kritik Sumber (Verifikasi) (3) Penulisan Sejarah (Historiografi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Awal kedatangan orang Bugis di Desa Polewali untuk mengamankan diri karena pada saat itu mereka dikira mata-mata dari tentara Jepang jadi mereka meninggalkan daerah asal mereka yaitu Bone Sulawesi Selatan dan kemudian mereka menuju di Desa Polewali. Hal yang mendorong mereka tinggal di Polewali karena kondisi laut yang bagus. Pada tahun 1950 pertama sekali orang Bugis berlabuh di Desa Polewali Nama Desa Polewali berasal dari bahasa Bugis yang terdiri dari kata “pole” dan “wali”, pole artinya datang dan wali artinya empat penjuru, polewali berarti datang dari empat penjuru. Orang Bugis banyak yang menjadi nelayan di Desa Polewali karena Desa Polewali berada di pinggir laut dan mempunyai potensi laut yang bisa menunjang pendapatan nelayan. (2) Kondisi kehidupan masyarakat Desa Polewali sejak tahun 1950-2017 dapat dilihat dari; (a) Kondisi sosial dalam masyarakat yang dapat dilihat dari interaksi sosialnya. Interaksi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan sosial antara sesama masyarakat nelayan suku Bugis dengan orang lain, baik menyangkut hubungan kerjasama dan persaingan. Dalam menangkap ikan dan memasarkan hasil tangkapan. (b) Kondisi ekonomi masyarakat nelayan suku Bugis di Desa Polewali (c) Kondisi budaya merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat nelayan yang digunakan sebagai tata aturan yang mengatur pola perilaku setiap anggota-anggota dalam kehidupan masyarakat Desa PolewaliKata Kunci: Sejarah, Kondisi Sosial EkonomiABSTRACT: The main problems in this study are: (1) What is the history of the arrival of the Bugis in the Polewali Village of Lainea Subdistrict, Konawe Selatan District? (2) What are the socio-economic and cultural conditions of the Bugis fishing community in Polewali Village, Lainea Subdistrict, Konawe Selatan Regency (1950-2017)? The method used in this study is the historical research method proposed by Helius Syamsuddin that the work of historical research consists of three stages, namely: (1) Data Collection (Heuristics) (2) Source Criticism (Verification) (3) Historical Writing (Historiography) . The results of this study indicate that: (1) The initial arrival of the Bugis in the Polewali Village to secure themselves because at that time they were thought to be spies from the Japanese army so they left their home region of Bone South Sulawesi and then they headed to Polewali Village. The thing that pushed them to stay in Polewali was because of the good sea conditions. In 1950 the Bugis first anchored in the Polewali Village The name Polewali Village came from the Bugis language which consisted of the words "pole" and "guardian", pole meant to come and guardian meant four directions, polewali meant to come from four directions. Many Bugis people become fishermen in Polewali Village because Polewali Village is located on the seafront and has sea potential that can support the income of fishermen. (2) The living conditions of the people of Polewali Village since 1950-2017 can be seen from; (a) Social conditions in society which can be seen from social interactions. The social interaction referred to in this study is the social relationship between fellow Bugis fishing communities with other people, both concerning the relationship of cooperation and competition. In catching fish and marketing the catch. (b) Economic conditions of the Bugis fishing community in Polewali Village (c) Cultural conditions are one of the most important parts of the fishing community's life which are used as rules governing the behavior patterns of each member in the Polewali Village community life. Keywords: History, Socio-Economic Conditions
FKIP Universitas Halu Oleo
Title: SEJARAH MASYARAKAT NELAYAN SUKU BUGIS DI DESA POLEWALI, KECAMATAN LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN (1950-2017)
Description:
ABSTRAK: Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana sejarah kedatangan orang Bugis di Desa Polewali Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan? (2) Bagaimana kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat nelayan suku Bugis di Desa Polewali Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan (1950-2017)? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang dikemukakan oleh Helius Syamsuddin bahwa tata kerja penelitian sejarah terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) Pengumpulan Data (Heuristik) (2) Kritik Sumber (Verifikasi) (3) Penulisan Sejarah (Historiografi).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Awal kedatangan orang Bugis di Desa Polewali untuk mengamankan diri karena pada saat itu mereka dikira mata-mata dari tentara Jepang jadi mereka meninggalkan daerah asal mereka yaitu Bone Sulawesi Selatan dan kemudian mereka menuju di Desa Polewali.
Hal yang mendorong mereka tinggal di Polewali karena kondisi laut yang bagus.
Pada tahun 1950 pertama sekali orang Bugis berlabuh di Desa Polewali Nama Desa Polewali berasal dari bahasa Bugis yang terdiri dari kata “pole” dan “wali”, pole artinya datang dan wali artinya empat penjuru, polewali berarti datang dari empat penjuru.
Orang Bugis banyak yang menjadi nelayan di Desa Polewali karena Desa Polewali berada di pinggir laut dan mempunyai potensi laut yang bisa menunjang pendapatan nelayan.
(2) Kondisi kehidupan masyarakat Desa Polewali sejak tahun 1950-2017 dapat dilihat dari; (a) Kondisi sosial dalam masyarakat yang dapat dilihat dari interaksi sosialnya.
Interaksi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan sosial antara sesama masyarakat nelayan suku Bugis dengan orang lain, baik menyangkut hubungan kerjasama dan persaingan.
Dalam menangkap ikan dan memasarkan hasil tangkapan.
(b) Kondisi ekonomi masyarakat nelayan suku Bugis di Desa Polewali (c) Kondisi budaya merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat nelayan yang digunakan sebagai tata aturan yang mengatur pola perilaku setiap anggota-anggota dalam kehidupan masyarakat Desa PolewaliKata Kunci: Sejarah, Kondisi Sosial EkonomiABSTRACT: The main problems in this study are: (1) What is the history of the arrival of the Bugis in the Polewali Village of Lainea Subdistrict, Konawe Selatan District? (2) What are the socio-economic and cultural conditions of the Bugis fishing community in Polewali Village, Lainea Subdistrict, Konawe Selatan Regency (1950-2017)? The method used in this study is the historical research method proposed by Helius Syamsuddin that the work of historical research consists of three stages, namely: (1) Data Collection (Heuristics) (2) Source Criticism (Verification) (3) Historical Writing (Historiography) .
The results of this study indicate that: (1) The initial arrival of the Bugis in the Polewali Village to secure themselves because at that time they were thought to be spies from the Japanese army so they left their home region of Bone South Sulawesi and then they headed to Polewali Village.
The thing that pushed them to stay in Polewali was because of the good sea conditions.
In 1950 the Bugis first anchored in the Polewali Village The name Polewali Village came from the Bugis language which consisted of the words "pole" and "guardian", pole meant to come and guardian meant four directions, polewali meant to come from four directions.
Many Bugis people become fishermen in Polewali Village because Polewali Village is located on the seafront and has sea potential that can support the income of fishermen.
(2) The living conditions of the people of Polewali Village since 1950-2017 can be seen from; (a) Social conditions in society which can be seen from social interactions.
The social interaction referred to in this study is the social relationship between fellow Bugis fishing communities with other people, both concerning the relationship of cooperation and competition.
In catching fish and marketing the catch.
(b) Economic conditions of the Bugis fishing community in Polewali Village (c) Cultural conditions are one of the most important parts of the fishing community's life which are used as rules governing the behavior patterns of each member in the Polewali Village community life.
Keywords: History, Socio-Economic Conditions.
Related Results
BIMBINGAN TEKNIS PEMBUATAN PERATURAN DESA DI DESA KAWUNGLARANG, KECAMATAN RANCAH, KABUPATEN CIAMIS
BIMBINGAN TEKNIS PEMBUATAN PERATURAN DESA DI DESA KAWUNGLARANG, KECAMATAN RANCAH, KABUPATEN CIAMIS
Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintah...
ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
Bahasa merupakan aspek terpenting dalam hidup setiap individu. Bahasa adalah sebuah sistem yang digunakan untuk berkomunikasi antara satu individu dengan individu lainnya. Dengan m...
BIMBINGAN TEKNIS PEMBUATAN PERATURAN DESA DI DESA KALIMATI, KECAMATAN ADIWERNA, KABUPATEN TEGAL, JAWA TENGAH
BIMBINGAN TEKNIS PEMBUATAN PERATURAN DESA DI DESA KALIMATI, KECAMATAN ADIWERNA, KABUPATEN TEGAL, JAWA TENGAH
Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BadanPermusyawaratan Desa merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam penyelenggaraanPemerintahan...
Modal Sosial Petani Nilam Dalam Meningkatkan Produktivitas Nilam (Studi di Kelurahan Potoro Kecamatan Andoolo Kabupaten Konawe Selatan)
Modal Sosial Petani Nilam Dalam Meningkatkan Produktivitas Nilam (Studi di Kelurahan Potoro Kecamatan Andoolo Kabupaten Konawe Selatan)
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Bentuk dan Fungsi Modal Social Petani Nilam dalam Meningkatkan Produktivitas Nilam di Kelurahan Potoro, Kecamatan Andoolo, Kabupa...
Efektivitas Peruntukkan Dana Desa
Efektivitas Peruntukkan Dana Desa
Dalam rangka meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa, pemerintahan Presiden Joko Widodo membuat terobosan melalui program menyalurkan Dana Desa. “Tahun 2015 Alok...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN DI PESISIR PANTAI BLANAKAN KABUPATEN SUBANG
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN DI PESISIR PANTAI BLANAKAN KABUPATEN SUBANG
Pemberdayaan adalah salah satu konsep didalam meningkatkan kualitas, baik kualitas sumberdaya manusia atau kualitas perekonomian. Masyarakat nelayan sebagai masyarakat yang memanfa...
Harmonisasi dan Akselerasi Desa Siaga (HADesi) pada Pengembangan Desa Mitra
Harmonisasi dan Akselerasi Desa Siaga (HADesi) pada Pengembangan Desa Mitra
Kegiatan desa siaga digulirkan pada tahun 2006. Pada tahun 2012 capaian jumlah desa siaga aktif sebanyak 52.804 dari 81.253 desa di seluruh Indonesia atau sekitar (64,9%) dari targ...
PERSEPSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM STUDI DESA UJUNG BATU KAWASAN PESISIR UTARA PULAU JAWA (DITINJAU ASPEK SOSIAL EKONOMI)
PERSEPSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM STUDI DESA UJUNG BATU KAWASAN PESISIR UTARA PULAU JAWA (DITINJAU ASPEK SOSIAL EKONOMI)
Perubahan iklim adalah konflik utama masyarakat nelayan sama halnya bagi masyarakat nelayan Desa Ujung Batu. Perubahan iklim berakibat pada ekonomi dan sosial masyarakat nelayan ya...


