Javascript must be enabled to continue!
Hubungan Asupan Energi Protein, Status Penyakit Infeksi, dan Pendidikan Orang Tua dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 25-60 Bulan
View through CrossRef
Stunting merupakan pertumbuhan fisik tinggi badan yang tidak normal sesuai dengan umur. Stunting dipengaruhi oleh multifactor diantaranya adalah asupan energi, protein, status penyakit infeksi dan pendidikan orang tua.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan energi protein, status penyakit infeksi, dan pendidikan orang tua dengan kejadian stunting pada balita. Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik observational dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh balita usia 25-60 bulan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Totoli yang berjumlah 98 balita. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu, yang pertama menggunakan cluster random sampling untuk pemilihan puskesmas kemudian yang kedua menggunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 79 balita. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis person chi-square dan fisher’s exact test dengan α=0.05. Balita usia 25-60 bulan sebagian besar mengalami asupan energi dan protein yang rendah, status penyakit infeksi yang jarang terjadi, dan rata-rata pendidikan Ibu Rendah.
Kesimpulan Hasil Analisis ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kejadian stunting nilai p = 0.010 (p ˃ 0.05), ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan kejadian stunting nilai p = 0.003 (p ˃ 0.05), tidak ada hubungan yang bermakna antara status penyakit infeksi dengan kejadian stunting nilai p = 1.000 (p ˃ 0.05), ada hubungan yang bermakna antara pendidikan orang tua dengan kejadian stunting pada nilai p = 0.013 (p ˃ 0.05) dengan kejadian stunting pada balita usia 25 – 60 bulan.
Saran bagi responden sebaiknya lebih meningkatkan pengetahuan terkait status gizi pada anak, utamanya dalam pemenuhan asupan energi, Protein dan faktor yang mempengaruhi status gizi anak dan dampak yang dapat terjadi karena kekurangan gizi. Sehingga responden mampu melakukan tindakan pencegahan terhadap status gizi buruk anak khususnya kejadian stunting. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan ilmu Asupan energi, Asupan Protein, Status penyakit infeksi, dan pendidikan orang tua terhadap kejadian stunting pada balita.
Title: Hubungan Asupan Energi Protein, Status Penyakit Infeksi, dan Pendidikan Orang Tua dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 25-60 Bulan
Description:
Stunting merupakan pertumbuhan fisik tinggi badan yang tidak normal sesuai dengan umur.
Stunting dipengaruhi oleh multifactor diantaranya adalah asupan energi, protein, status penyakit infeksi dan pendidikan orang tua.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan energi protein, status penyakit infeksi, dan pendidikan orang tua dengan kejadian stunting pada balita.
Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik observational dengan pendekatan cross sectional study.
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh balita usia 25-60 bulan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Totoli yang berjumlah 98 balita.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu, yang pertama menggunakan cluster random sampling untuk pemilihan puskesmas kemudian yang kedua menggunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 79 balita.
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Analisis data menggunakan analisis person chi-square dan fisher’s exact test dengan α=0.
05.
Balita usia 25-60 bulan sebagian besar mengalami asupan energi dan protein yang rendah, status penyakit infeksi yang jarang terjadi, dan rata-rata pendidikan Ibu Rendah.
Kesimpulan Hasil Analisis ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kejadian stunting nilai p = 0.
010 (p ˃ 0.
05), ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan kejadian stunting nilai p = 0.
003 (p ˃ 0.
05), tidak ada hubungan yang bermakna antara status penyakit infeksi dengan kejadian stunting nilai p = 1.
000 (p ˃ 0.
05), ada hubungan yang bermakna antara pendidikan orang tua dengan kejadian stunting pada nilai p = 0.
013 (p ˃ 0.
05) dengan kejadian stunting pada balita usia 25 – 60 bulan.
Saran bagi responden sebaiknya lebih meningkatkan pengetahuan terkait status gizi pada anak, utamanya dalam pemenuhan asupan energi, Protein dan faktor yang mempengaruhi status gizi anak dan dampak yang dapat terjadi karena kekurangan gizi.
Sehingga responden mampu melakukan tindakan pencegahan terhadap status gizi buruk anak khususnya kejadian stunting.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan ilmu Asupan energi, Asupan Protein, Status penyakit infeksi, dan pendidikan orang tua terhadap kejadian stunting pada balita.
Related Results
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEMATANG SIDAMANIK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEMATANG SIDAMANIK
Kejadian stunting pada balita merupakan masalah yang dialami hampir di setiap dengan kejadian stunting di Dunia tahun 2021 sebesar 32,6% sementara prevalensi stunting di Indonesia ...
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA
Abstrak
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup menjadi perhatian di Indonesia saat ini. Stunting menjadi permasalahan karena berhubungan dengan meningkatn...
FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 12-36 BULAN DI KECAMATAN PATI, KABUPATEN PATI
FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 12-36 BULAN DI KECAMATAN PATI, KABUPATEN PATI
Latar Belakang:. Tahun 2007, prevalensi stunting pada balita di kabupaten Pati adalah 42,2%. Stunting dapat berakibat pada penurunan produktivitas, peningkatan risiko penyakit dege...
Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan (PMT) terhadap Kenaikan Tinggi Badan dan Berat Badan Balita Stunting di Puskesmas Gunung Kaler Tangerang
Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan (PMT) terhadap Kenaikan Tinggi Badan dan Berat Badan Balita Stunting di Puskesmas Gunung Kaler Tangerang
ABSTRACT WHO in 2020 stated that the prevalence of stunting under five worldwide was 22 percent or as many as 149.2 million. The prevalence of stunting in Indonesia (24.4%) is bett...
INTERVENSI KEPERAWATAN DALAM PERAWATAN PASIEN ISPA PADA BALITA DI RUMAH DI KABUPATEN BANDUNG
INTERVENSI KEPERAWATAN DALAM PERAWATAN PASIEN ISPA PADA BALITA DI RUMAH DI KABUPATEN BANDUNG
Penularan influenza pada Balita seringkali terjadi.Dampak yang yang paling dirasakan adalah sesak nafas, pilek, demam, kelelahan dan kelemahan sehingga balita berkurangaktifitasnya...
Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting
Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan ...
Hubungan Infeksi Soil-Transmitted Helminths (STH) Dengan Kejadian Stunting pada Balita di Kabupaten Bulukumba
Hubungan Infeksi Soil-Transmitted Helminths (STH) Dengan Kejadian Stunting pada Balita di Kabupaten Bulukumba
Malnutrisi dan infeksi kecacingan bertalian satu dengan yang lain, malnutrisi dapat menyebabkan cacingan dan sebaliknya cacingan dapat menyebabkan malnutrisi. Tujuan penelitian ini...
Faktor Risiko Stunting Balita pada Masa New Normal Covid-19 di Puskesmas Sukawati I Kabupaten Gianyar, Bali
Faktor Risiko Stunting Balita pada Masa New Normal Covid-19 di Puskesmas Sukawati I Kabupaten Gianyar, Bali
Stunting adalah masalah pertumbuhan akibat kurangnya pemberian nutrisi yang optimal. Dunia sedang menghadapi Pandemi global COVID-19 mempengaruhi peningkatan kasus stunting karena ...


