Search engine for discovering works of Art, research articles, and books related to Art and Culture
ShareThis
Javascript must be enabled to continue!

Pengaruh umur larva terhadap kualitas ratu yang dihasilkan pada penangkaran lebah ratu Apis cerana L. (Hymenoptera: Apidae) dengan teknik pencangkokan

View through CrossRef
Percobaan teknik cangkok berbagai umur larva lebah madu Apis cerana L. ditujukan untuk mengetahui potensi kualitas ratu yang akan dihasilkan. Empat perlakuan larva umur 1, 2, 3, dan 4 hari diaplikasikan pada uji coba pencangkokan, masing-masing sebanyak 5 mangkok ratu di setiap koloni percobaan. Dalam penelitian ini digunakan 5 koloni lebah madu A. cerana sebagai ulangan percobaan. Bobot pupa digunakan sebagai indikator potensi reproduktivitas ratu yang akan dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur larva berpengaruh terhadap tingkat penerimaan larva yang dicangkokan dan bobot pupa calon ratu. Tingkat penerimaan larva lebih tinggi pada larva muda dibandingkan dengan larva yang lebih tua sebagaimana ditunjukkan oleh jumlah perkembangan sel ratu yang berhasil dierami. Jumlah rata-rata sel yang berkembang menjadi sel ratu dari hasil pencangkokan larva umur 1, 2, 3, dan 4 hari berturut-turut sebanyak 4,4 ± 1,1 sel/koloni, 3,4 ± 1,1 sel/koloni, 2,0 ± 1,0 sel/koloni, dan 2,4 ± 0,5 sel/koloni. Larva umur 1 dan 2 hari menghasilkan pupa dengan bobot yang lebih berat dari pada yang berasal dari larva umur 3 dan 4 hari. Larva umur 1, 2, 3, dan 4 hari berturut-turut menghasilkan pupa dengan berat rata-rata 153,33 ± 4,48 mg/individu, 149,14 ± 6,29 mg/individu, 126,17 ± 7,28 mg/individu, dan 126,70 ± 7,61 mg/individu. Tidak ada perbedaan bobot pupa antara hasil pencangkokan dengan larva umur 1 dan 2 hari dan antara larva umur 3 dan 4 hari. Dengan demikian, larva umur 1 dan 2 hari berpotensi menghasilkan lebah ratu yang lebih berkualitas dibandingkan dengan larva umur 3 dan 4 hari.
Entomological Society of Indonesia/Perhimpunan Entomologi Indonesia
Title: Pengaruh umur larva terhadap kualitas ratu yang dihasilkan pada penangkaran lebah ratu Apis cerana L. (Hymenoptera: Apidae) dengan teknik pencangkokan
Description:
Percobaan teknik cangkok berbagai umur larva lebah madu Apis cerana L.
ditujukan untuk mengetahui potensi kualitas ratu yang akan dihasilkan.
Empat perlakuan larva umur 1, 2, 3, dan 4 hari diaplikasikan pada uji coba pencangkokan, masing-masing sebanyak 5 mangkok ratu di setiap koloni percobaan.
Dalam penelitian ini digunakan 5 koloni lebah madu A.
cerana sebagai ulangan percobaan.
Bobot pupa digunakan sebagai indikator potensi reproduktivitas ratu yang akan dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur larva berpengaruh terhadap tingkat penerimaan larva yang dicangkokan dan bobot pupa calon ratu.
Tingkat penerimaan larva lebih tinggi pada larva muda dibandingkan dengan larva yang lebih tua sebagaimana ditunjukkan oleh jumlah perkembangan sel ratu yang berhasil dierami.
Jumlah rata-rata sel yang berkembang menjadi sel ratu dari hasil pencangkokan larva umur 1, 2, 3, dan 4 hari berturut-turut sebanyak 4,4 ± 1,1 sel/koloni, 3,4 ± 1,1 sel/koloni, 2,0 ± 1,0 sel/koloni, dan 2,4 ± 0,5 sel/koloni.
Larva umur 1 dan 2 hari menghasilkan pupa dengan bobot yang lebih berat dari pada yang berasal dari larva umur 3 dan 4 hari.
Larva umur 1, 2, 3, dan 4 hari berturut-turut menghasilkan pupa dengan berat rata-rata 153,33 ± 4,48 mg/individu, 149,14 ± 6,29 mg/individu, 126,17 ± 7,28 mg/individu, dan 126,70 ± 7,61 mg/individu.
Tidak ada perbedaan bobot pupa antara hasil pencangkokan dengan larva umur 1 dan 2 hari dan antara larva umur 3 dan 4 hari.
Dengan demikian, larva umur 1 dan 2 hari berpotensi menghasilkan lebah ratu yang lebih berkualitas dibandingkan dengan larva umur 3 dan 4 hari.

Related Results

HILIRISASI SARANG LEBAH MADU MENJADI PRODUK LILIN AROMATERAPI BAGI MASYARAKAT PETANI LEBAH MADU
HILIRISASI SARANG LEBAH MADU MENJADI PRODUK LILIN AROMATERAPI BAGI MASYARAKAT PETANI LEBAH MADU
Madu merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) unggulan di Kabupaten Tanah Laut. Pada pengambilan hasil madu, sarangnya tidak dimanfaatkan lebih lanjut oleh para peternak ...
Honeybees, Apis cerana colony performance in the non-protected and protected beehive methods in relation to climatic factors
Honeybees, Apis cerana colony performance in the non-protected and protected beehive methods in relation to climatic factors
Honeybees, Apis cerana is one of the local bee species in Malaysia. Apis cerana plays important role in beekeeping activities, especially in producing honey known as a superfood an...
Studi Pemanfaatan Limbah Serat Gergaji Kayu dan Limbah Kertas Sebagai Campuran Beton Ringan
Studi Pemanfaatan Limbah Serat Gergaji Kayu dan Limbah Kertas Sebagai Campuran Beton Ringan
Limbah sering digunakan sebagai bahan untuk berbagai keperluan, termasuk dalam rekayasa bahan bangunan. Salah satu jenis limbah yang masih jarang diteliti sebagai campuran dalam pe...
KONTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT KELOMPOK TANI LEBAH DALAM PEMBUDIDAYAAN LEBAH MADU TRIGONA SP DI DESA ABENGGI KECAMATAN LANDONO
KONTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT KELOMPOK TANI LEBAH DALAM PEMBUDIDAYAAN LEBAH MADU TRIGONA SP DI DESA ABENGGI KECAMATAN LANDONO
Madu merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang sudah lama dimanfaatkan di Indonesia. Salah satu jenis lebah penghasil madu yang ada di Indonesia adalah lebah trigona. Madu mer...
Identification of Honeybee Feeding Plants as Source of Nectar and Pollen
Identification of Honeybee Feeding Plants as Source of Nectar and Pollen
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis tanaman yang berpotensi sebagai pakan lebah dan tanaman penghasil nektar dan polen sebagai sumber pakan lebah. Lokasi pe...
Phoronidea from Brazil
Phoronidea from Brazil
1. The demarcation of the species of Phoronidea is difficult because of the great variability of the characters which does not enable the fixing of good differential characters yet...

Back to Top