Javascript must be enabled to continue!
Hubungan Eating Behavior dan Sedentary Lifestyle dengan Status Gizi Lebih pada Remaja Fase Awal
View through CrossRef
Latar Belakang: Gizi lebih menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang serius serta memiliki dampak negatif yang dapat menurunkan kualitas hidup. Remaja dengan gizi lebih berisiko mengalami masalah berat badan ketika dewasa. Eating behavior dan sedentary lifestyle merupakan perilaku yang berhubungan erat dengan gizi lebih pada remaja karena dapat mempengaruhi keseimbangan energi di dalam tubuh.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan eating behavior dan sedentary lifestyle dengan status gizi lebih pada remaja fase awal.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan besar sampel sebanyak 85 siswa-siswi MTsN 5 Nganjuk. Pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling. Data diambil secara langsung, meliputi data karakteristik responden, pengisian kuesioner Dutch Eating Behavior Questionnaire, Adolescent Sedentary Activity Questionnaire, dan pengukuran antropometri. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Korelasi Spearman.
Hasil: Sebagian besar responden adalah perempuan (56,5%) dalam rentang usia 13-15 tahun. Sebanyak 65,9% responden memiliki risiko gizi lebih sebagai faktor genetik akibat riwayat kegemukan pada orang tuanya. Mayoritas kecenderungan perilaku makan pada responden adalah external eating (82,4%). Sebagian besar responden memilliki aktivitas sedentary yang tinggi (82,4%). Sejumlah 34,1% responden mengalami gizi lebih. Tidak terdapat hubungan antara perilaku emotional eating (p=0,213) dan external eating (p=0,508) dengan gizi lebih. Namun, terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku restraint eating (p=0,030) dan sedentary lifestyle (p=0,047) dengan gizi lebih pada remaja fase awal.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara perilaku emotional eating dan external eating dengan status gizi lebih pada remaja fase awal. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku restraint eating dan sedentary lifestyle dengan status gizi lebih pada remaja fase awal. Perlu adanya peningkatan awareness terhadap kejadian gizi lebih, pengaturan asupan makan melalui pemeliharaan perilaku makan yang baik, dan menurunkan tingkat sedentary lifestyle untuk meningkatkan derajat kesehatan pada kelompok usia remaja fase awal.
Title: Hubungan Eating Behavior dan Sedentary Lifestyle dengan Status Gizi Lebih pada Remaja Fase Awal
Description:
Latar Belakang: Gizi lebih menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang serius serta memiliki dampak negatif yang dapat menurunkan kualitas hidup.
Remaja dengan gizi lebih berisiko mengalami masalah berat badan ketika dewasa.
Eating behavior dan sedentary lifestyle merupakan perilaku yang berhubungan erat dengan gizi lebih pada remaja karena dapat mempengaruhi keseimbangan energi di dalam tubuh.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan eating behavior dan sedentary lifestyle dengan status gizi lebih pada remaja fase awal.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan besar sampel sebanyak 85 siswa-siswi MTsN 5 Nganjuk.
Pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling.
Data diambil secara langsung, meliputi data karakteristik responden, pengisian kuesioner Dutch Eating Behavior Questionnaire, Adolescent Sedentary Activity Questionnaire, dan pengukuran antropometri.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Korelasi Spearman.
Hasil: Sebagian besar responden adalah perempuan (56,5%) dalam rentang usia 13-15 tahun.
Sebanyak 65,9% responden memiliki risiko gizi lebih sebagai faktor genetik akibat riwayat kegemukan pada orang tuanya.
Mayoritas kecenderungan perilaku makan pada responden adalah external eating (82,4%).
Sebagian besar responden memilliki aktivitas sedentary yang tinggi (82,4%).
Sejumlah 34,1% responden mengalami gizi lebih.
Tidak terdapat hubungan antara perilaku emotional eating (p=0,213) dan external eating (p=0,508) dengan gizi lebih.
Namun, terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku restraint eating (p=0,030) dan sedentary lifestyle (p=0,047) dengan gizi lebih pada remaja fase awal.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara perilaku emotional eating dan external eating dengan status gizi lebih pada remaja fase awal.
Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku restraint eating dan sedentary lifestyle dengan status gizi lebih pada remaja fase awal.
Perlu adanya peningkatan awareness terhadap kejadian gizi lebih, pengaturan asupan makan melalui pemeliharaan perilaku makan yang baik, dan menurunkan tingkat sedentary lifestyle untuk meningkatkan derajat kesehatan pada kelompok usia remaja fase awal.
Related Results
Hubungan Tingkat Literasi Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Siswi Di SMKN 4 Tanah Grogot Kalimantan Timur
Hubungan Tingkat Literasi Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Siswi Di SMKN 4 Tanah Grogot Kalimantan Timur
Latar Belakang: Tingkat literasi tentang gizi ialah kemampuan dari mendapatkan hingga memahami informasi gizi dalam penentuan asupan keseharian. Literasi gizi yang dimiliki dapat m...
Profil status gizi pada remaja di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
Profil status gizi pada remaja di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
Abstract: Nutritional problem occurs because there is an imbalance in nutritional need fulfillment from food. If the nutrition intake is less then the need, malnutrition happens, a...
Hubungan Pengetahuan Gizi dan Asupan Energi dengan Status Gizi Pada Remaja
Hubungan Pengetahuan Gizi dan Asupan Energi dengan Status Gizi Pada Remaja
Pengetahuan tentang gizi dapat membantu remaja mengenal sumber zat gizi pada makanan, agar tidak menyebabkan penyakit. Pada masa remaja, kebutuhan terhadap energi, protein dan zat ...
Double Burden of Nutrition and some Eating Habits Characteristics of Preschool Children in Nam Hong Commune, Dong Anh district, Hanoi, 2018
Double Burden of Nutrition and some Eating Habits Characteristics of Preschool Children in Nam Hong Commune, Dong Anh district, Hanoi, 2018
Abstract: The study aims to provide evidence of double nutritional burden (including malnutrition and overweight/obesity) as well as the impact of eating habits on nutritional stat...
Hubungan Pengetahuan Sikap dan Tindakan terhadap Status Gizi
Hubungan Pengetahuan Sikap dan Tindakan terhadap Status Gizi
Background: Toddler's nutrition is a serious problem in several areas of Indonesia, one of them is Surabaya. In 2015 Surabaya have 513 toddlers with nutrition status below the red ...
Analisis Korelasi Pengetahuan Gizi, Asupan Lemak Camilan, dan Pola Konsumsi Camilan dengan Status Gizi Remaja di Surabaya
Analisis Korelasi Pengetahuan Gizi, Asupan Lemak Camilan, dan Pola Konsumsi Camilan dengan Status Gizi Remaja di Surabaya
Latar Belakang: Remaja ialah sebuah kelompok yang rentan terhadap masalah gizi karena dalam masa ini termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan dengan adanya perubahan fisik, psiko...
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA UMUR 1-3 TAHUN (Di Posyandu Jaan Desa Jaan Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk)
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA UMUR 1-3 TAHUN (Di Posyandu Jaan Desa Jaan Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk)
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan ku...
Hubungan Pengetahuan terkait Label Gizi dengan Kebiasaan Membaca Label Gizi pada Siswa SMA Al-Islam
Hubungan Pengetahuan terkait Label Gizi dengan Kebiasaan Membaca Label Gizi pada Siswa SMA Al-Islam
Latar Belakang: Masih sedikit konsumen yang dapat memahami dan menggunakan label gizi sesuai dengan fungsinya. Hal ini dikarenakan masih rendahnya kesadaran masyarakat terkait pent...


