Javascript must be enabled to continue!
Islam Nusantara: A Middle Way?
View through CrossRef
Islam Nusantara is not a new thing. The word “Islam” combined with “Nusantara” is not only confirmed the name, but also the characters to show the pattern of a heterogeneous entity. The concept of Islam Nusantara face (vis a vis) with Islam in the Middle East (Islam Arab). Diversity as a typology of Islam Nusantara is the result of the struggle that the length between religion and dimensions of life (social, economic, politic, culture and etc.), the text of the context that complement one another so that spawn Islam friendly, peaceful, anti-radical, harmony and rahmatan lil 'alamin. Departing from the historical and epistemological approach, this article tries to provide a long discourse that was raised again in the “Declaration of Nahdlatul Ulama” at the International Conference of Islamic Leaders Moderate (ISOMIL) which took place from 9 to 11 May in Jakarta. The purpose of writing this article is actually also want to answer the issues pointed out that Islam Nusantara models reflect the teachings of Islam are not singular. Islam Nusantara bukanlah hal yang baru. Kata “Islam” digabungkan dengan “Nusantara” tidak hanya soal nama, tetapi juga karakter yang menunjukkan pola keberagaman. Konsep Islam Nusantara dihadapkan dengan Islam Arab. Keberagaman sebagai tipologi Islam Nusantara adalah hasil dar perjuangan yang panjang antara agama dan dimensi kehidupan (sosial, ekonomi, politik, budaya dan lain-lain), teks konteks yang melengkapi satu dengan lainnya yang menjadikan Islam ramah, damai, anti-radikal, harmonis dan rahmatan lil’alamin. Berangkat dari pendekatan sejarah dan epistemologis, artikel ini berusaha untuk memberikan wacana lama yang dimunculkan kembali pada “Deklarasi Nahdlatul Ulama” pada Konferensi Internasional Pemimpin Islam Moderat (ISOMIL) yang berlangsung pada 9 sampai 11 Mei di Jakarta. Tujuan dari penulisan artikel ini sebenarnya juga untuk menjawab isu yang menyebutkan bahwa Model Islam Nusantara mencerminkan ajaran Islam yang tidak tunggal.
Title: Islam Nusantara: A Middle Way?
Description:
Islam Nusantara is not a new thing.
The word “Islam” combined with “Nusantara” is not only confirmed the name, but also the characters to show the pattern of a heterogeneous entity.
The concept of Islam Nusantara face (vis a vis) with Islam in the Middle East (Islam Arab).
Diversity as a typology of Islam Nusantara is the result of the struggle that the length between religion and dimensions of life (social, economic, politic, culture and etc.
), the text of the context that complement one another so that spawn Islam friendly, peaceful, anti-radical, harmony and rahmatan lil 'alamin.
Departing from the historical and epistemological approach, this article tries to provide a long discourse that was raised again in the “Declaration of Nahdlatul Ulama” at the International Conference of Islamic Leaders Moderate (ISOMIL) which took place from 9 to 11 May in Jakarta.
The purpose of writing this article is actually also want to answer the issues pointed out that Islam Nusantara models reflect the teachings of Islam are not singular.
Islam Nusantara bukanlah hal yang baru.
Kata “Islam” digabungkan dengan “Nusantara” tidak hanya soal nama, tetapi juga karakter yang menunjukkan pola keberagaman.
Konsep Islam Nusantara dihadapkan dengan Islam Arab.
Keberagaman sebagai tipologi Islam Nusantara adalah hasil dar perjuangan yang panjang antara agama dan dimensi kehidupan (sosial, ekonomi, politik, budaya dan lain-lain), teks konteks yang melengkapi satu dengan lainnya yang menjadikan Islam ramah, damai, anti-radikal, harmonis dan rahmatan lil’alamin.
Berangkat dari pendekatan sejarah dan epistemologis, artikel ini berusaha untuk memberikan wacana lama yang dimunculkan kembali pada “Deklarasi Nahdlatul Ulama” pada Konferensi Internasional Pemimpin Islam Moderat (ISOMIL) yang berlangsung pada 9 sampai 11 Mei di Jakarta.
Tujuan dari penulisan artikel ini sebenarnya juga untuk menjawab isu yang menyebutkan bahwa Model Islam Nusantara mencerminkan ajaran Islam yang tidak tunggal.
Related Results
Formulasi Konsep Moderasi Islam M Mucharom Syifa
Formulasi Konsep Moderasi Islam M Mucharom Syifa
Abstract:
The religious phenomenon of Islam in post-reform Indonesia is thought to have experienced extremism and radicalism. The explosion of terrorism in the name of Islam ...
SENTRALISASI ISLAM MARJINAL
SENTRALISASI ISLAM MARJINAL
This paper aims to provide an understanding of the marginalization and centralization of Malay-Nusantara Islam and the characters who talk about it. The method used is the historic...
Persepsi Masyarakat Kota Bengkulu Terhadap Paham Islam Moderat
Persepsi Masyarakat Kota Bengkulu Terhadap Paham Islam Moderat
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan persepsi Masyarakat Kota Bengkulu terhadap Paham Islam Moderat, kemudian dari temuan data dilapangan akan dilakukan analisis secara m...
Jelajah Kearifan Teknologi Bangunan Arsitektur Nusantara
Jelajah Kearifan Teknologi Bangunan Arsitektur Nusantara
Sejauh ini pengetahuan teknologi bangunan Indonesia yang diketengahkan dalam pendidikan formal lazimnya adalah pengetahuan yang diturunkan dari pemikiran non-nusantara (notabene ad...
EKONOMI ISLAM DAN KAPITALISME (Merunut Benih Kapitalisme dalam Ekonomi Islam)
EKONOMI ISLAM DAN KAPITALISME (Merunut Benih Kapitalisme dalam Ekonomi Islam)
A discussion of the modern economic system, usually refers to two major systems, namely capitalism based on the capital markets (capital) and guided socialism which tried to solve ...
Fiqh Nusantara: Exploring the discourse and complexity of Indonesian Islamic jurisprudence
Fiqh Nusantara: Exploring the discourse and complexity of Indonesian Islamic jurisprudence
This article aims to explain the development and debates surrounding the discourse of Fiqh Nusantara, to trace its origins and characteristics as one of the parts of contemporary I...
Dakwah Islam Pesisir: Kajian Metode Dakwah
Dakwah Islam Pesisir: Kajian Metode Dakwah
Abstrak: Islam yang ada di Nusantara telah memiliki sejarah panjang di pesisir, kawasan yang terletak di pesisir dan merupakan pusat perdagangan atau pelabuhan utama pada masa lalu...
Konsep Peradaban Islam Nusantara: Kajian atas Pemikiran Syekh Ahmad Mutamakkin (1645-1740) dan KH Sahal Mahfudz (1937-2015)
Konsep Peradaban Islam Nusantara: Kajian atas Pemikiran Syekh Ahmad Mutamakkin (1645-1740) dan KH Sahal Mahfudz (1937-2015)
The discourse on Islam Nusantara is a strategic study inside of relation Islam and politic in the international level. The problem of Arabic Country among Islam and politic is an e...


